Personil:
* Mr Yahn pada Drum
* Hendra pada penonton yang selalu dengan jurus tutup muka, wkwkwk....
* dkk....
Wisudawan II Thn 2008 STPS . .
Personil:
* Mr Yahn pada Drum
* Hendra pada penonton yang selalu dengan jurus tutup muka, wkwkwk....
* dkk....
Seperti yang kita tahu blogger standar setting tidaklah optimal, kita harus ubah beberapa diantaranya.
Saat ‘musim’ penyusunan tesis tiba, seorang mahasiswa dibingungkan oleh pertanyaan di dalam dirinya “Apa sebaiknya judul yang saya pilih?” “Kalau judulnya begini bagaimana ya? Kalau judulnya begitu bagaimana ya?” Setelah bermenung berhari- hari untuk menemukan kata- kata judul sedemikian rupa agar terlihat ‘keren’ dan ‘ngilmiyah’ akhirnya mahasiswa mantap dengan judul penelitiannya dan dengan wajah berseri- seri membawanya ke hadapan dosen pembimbing. Tetapi apa tanggapan pembimbing? “Wah, ini tidak layak untuk tesis”, atau “Apa bedanya dengan proyek?”, atau “Argumentasi Saudara tidak memadai.”, dan sebagainya. Dengan wajah yang terlipat- lipat ‘kayak’ koran bekas ‘sumpel’ sepatu basah, mahasiswa pulang dengan gontai. Beberapa hari kemudian setelah bermenung lagi diperolehlah judul yang lebih ‘keren’ lagi dari sebelumnya. Tetapi setelah diajukan ke pembimbing, tetap saja ditolak. Capeeee deee…
Hal pertama yang harus disadari oleh si mahasiswa ini adalah “Jangan berangkat dari judul!!!” Yang kedua, “Jangan berangkat dari keingintahuan diri sendiri”, sebab sering terjadi hal yang ingin si mahasiswa ketahui atau Saudara ketahui, itu sudah diketahui orang lain, yang belum tahu hanya Saudara sendiri, nah. Oleh sebab itu hal pertama yang dilakukan seharusnya bukan memilih judul, tetapi mengidentifikasi masalah atau kesenjangan, merumuskan masalahnya, menentukan tujuannya, kemudian barulah menentukan judul. Artikel berikut ini disusun dengan ururtan berdasarkan sistematika angle tesis pada umumnya, namun petunjuk- petunjuk rinci di dalamnya yang disertai contoh diharapkan dapat membantu para mahasiswa yang menghadapi masalah dalam penyusunan angle tesis.
JUDUL PENELITIAN Judul Penelitian hendaknya spesifik, mengacu pada variabel/ objek/ model/ formula/ produk/ sistem; singkat dan padat (tidak lebih dari 20 kata) namun tetap komunikatif, mengacu pada hakekat penelitian, dan menarik (penelitian tersebut layak dan perlu). Pada penelitian rekayasa, hindari penggunaan kata- kata ’Perencanaan’, ‘Perancangan’, ‘Pembangunan’, ‘Pengembangan’, dan sejenisnya. Misal “Perancangan Archetypal Pembelajaran Sistem Peredaran Darah Manusia dengan Metode Permainan (Games)”. Kalau hasil penelitian ini berupa Model, maka gunakan judul “Model Pembelajaran Sistem Peredaran Darah Manusia dengan Metode Permainan (Games)”. Contoh lain, misalnya “Pembangunan Alat Bantu Observasi Struktur Program….”, judul penelitiannya sebaiknya adalah “Alat Bantu Observasi Struktur Program….”, karena hasil penelitiannya berupa alat bantu. Pada penelitian nonrekayasa gunakan variabel, konsep, teori, metode, atau kata kunci yang menjadi titik berangkat dan yang menjadi kajian utama dalam penelitian tersebut. Hindari penggunaan subjudul untuk menjelaskan ruang lingkup, karena ruang lingkup penelitian seharusnya sudah jelas di bagian ‘Latar Belakang’, ‘Rumusan Masalah’, atau ’Tujuan’. Hindari pula penggunaan ”Studi Kasus pada ……” jika penelitian ini bukan penelitian dengan metode Studi Kasus, atau dengan maksud hanya untuk menunjukkan lokasi penelitian.
A. LATAR BELAKANG Latar belakang berisi tentang studi pendahuluan yang telah dilakukan mahasiswa berkaitan dengan adanya masalah baik dari sisi masyarakat maupun sisi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Masalah muncul karena adanya kesenjangan, misal antara kebutuhan dengan ketersediaan, antara harapan dengan kenyataan, antara standar dengan ketercapaian, antara keingintahuan dengan jawaban dari iptek, dan sebagainya. Kesenjangan pertama yang dijumpai dari sisi masyarakat atau pengguna perlu diperdalam pembahasannya agar dapat dipastikan tidak ada solusi lain selain melalui hasil penelitian ini nantinya. Konversi proses chiral menjadi proses yang berbasis komputer perlu dilandasi argumentasi yang kuat. Misal, proses pembelajaran ‘Sistem Tata Surya’ atau ‘Fusi Nuklir’ tidak mungkin dilaksanakan di kelas dalam skala nyata, namun dengan pendekatan sistem berbasis komputer hal tersebut dapat dilakukan. Berbeda dengan ‘Pembelajaran Instalasi LAN’. Sistem pembelajaran berbasis komputer tak akan memiliki nilai lebih dibanding praktikum di laboratorium. Perlu diingat bahwa penelitian harus berangkat dari sesuatu yang accepted dan menghasilkan sesuatu yang bersifat accepted pula, sekalipun masalah yang diangkat sangat spesifik. Kesenjangan kedua yang berasal dari sisi pengembangan iptek merupakan titik berangkat yang tidak boleh diabaikan dalam penelitian. Kesenjangan ini dapat diperoleh melalui jurnal- jurnal hasil penelitian. Ada kalanya suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan tuntas, atau masih memiliki kelemahan. Lakukan studi guna melihat kemungkinan ada peneliti lain yang sudah menyempurnakan kelemahan tersebut. Selain itu kesenjangan dari sisi iptek dapat diidentifikasi melalui pengujian atau evaluasi terhadap hasil- hasil iptek terbaik saat ini yang sesuai dengan topik penelitian. Pengujian dilakukan berdasarkan indikator/ constant standar sesuai teori yang ada. Contoh constant standar kualitas perangkat lunak dari sisi transisi produk menurut McCall adalah interoperability, reusability, dan portability. Lakukan pengujian terhadap produk atau sistem berdasarkan constant tersebut. Bila tidak ada satu pun perangkat lunak yang sesuai dengan topik penelitian dapat memenuhi seluruh standar tersebut, maka ini peluang bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian bagi penyempurnaannya. Dengan demikian dapat dipastikan hasil penelitian ini nantinya akan memiliki nilai tambah dalam pengembangan iptek. Pada sisi lain kesanggupan memaknai suatu phenomena berdasarkan empiri animal (indera), lojik, dan etik serta penguasaan terhadap accompaniment of the art sesuai minat dan bidang keahlian perlu dimiliki oleh setiap mahasiswa. Telaah pustaka atau studi pustaka harus dilakukan sejak proses identifikasi masalah hingga penulisan latar belakang ini. Pustaka yang ditelaah sebaiknya berasal dari jurnal atau publikasi hasil- hasil penelitian terkini agar accompaniment of the art diperoleh. Cantumkan referensi- referensi yang digunakan dalam pembahasan masalah baik dari sisi masyarakat pengguna maupun dari sisi pengembangan iptek.
B. RUMUSAN MASALAH Keberhasilan dalam melakukan studi pendahuluan, seperti yang tertuang dalam latar belakang, sangat menentukan ketajaman rumusan masalah. Rumusan “Lambannya proses pencarian abstracts transaksi bulanan berdasarkan klasifikasi tertentu”, belum dapat dikategorikan sebagai rumusan masalah penelitian teknik informatika. Mahasiswa perlu melakukan studi lebih mendalam terhadap mekanisme pencarian yang digunakan. Bila ternyata kelambanan itu disebabkan oleh logika pencarian yang kurang baik, lakukan kajian terhadap berbagai algoritma analytic terbaik saat ini untuk menemukan kelemahannya. Apabila tidak ditemukan, maka sebaiknya mencari topik yang lain. Namun bila dijumpai kelemahan misalnya pada algoritma bifold search, rumuskan kelemahan algoritma tersebut. Rumusan masalah yang berkaitan dengan belum adanya sistem, alat bantu, atau archetypal tertentu yang dibutuhkan saat ini harus disertai data, argumentasi yang memadai, dan berlaku secara umum, tidak pada objek atau lokus tertentu. Misalnya “Belum tersedianya alat bantu perencanaan anggaran daerah”, maka perlu didukung oleh referensi yang menyatakan hal itu, bahwa di seluruh dunia alat bantu tersebut belum pernah diciptakan. Bentuk rumusan masalah (problem statement) adalah dalam kalimat deklaratif, tidak dalam bentuk kalimat tanya (research question) seperti pada penelitian ilmu-ilmu sosial/ penelitian kuantitatif (penelitian ilmu sosial pun tidak mengharuskan rumusan masalahnya dalam bentuk kalimat tanya) (Dikti, 2006), melainkan dalam bentuk pernyataan (state of the problem) yang merupakan rumusan dari masalah- masalah yang telah terindentifikasi. Analysis Catechism sering digunakan dalam penelitian kuantitatif, biasanya untuk memudahkan penyusunan kalimat hipotesis. Meskipun demikian analysis catechism perlu diawali dengan rumusan masalah yang jelas terlebih dahulu. Bila penelitian berjenis nonrekayasa, bagian ini juga merupakan pendekatan untuk penyelesaian masalah sehingga dapat dilengkapi pula dengan definisi, asumsi, lingkup penelitian, dan hipotesis.
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan Penelitian disusun berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan sehingga bila tujuan penelitian tercapai, maka akan diperoleh solusi bagi pengatasan masalah secara langsung. Tujuan penelitian juga merupakan output/ ambition yang terukur sehingga evaluasi hasil dapat diukur melalui ketercapaian tujuan penelitian ini. Hindari penggunaan kalimat aktif, misal: ”Merancang ……..” atau “Membangun…..” sebab proses merancang yang hanya sampai 50% saja sudah termasuk kategori merancang. Hal ini berbeda bila digunakan kalimat “Terwujudnya rancangan …..”. Kalimat ini lebih terukur karena bila rancangan tidak terwujud berarti tujuan penelitian tidak tercapai. Penelitian dapat bertujuan untuk menjajagi, menguraikan, membuktikan, menerapkan suatu gejala, konsep, atau dugaan terutama pada penelitian nonrekayasa. Kalimat tujuan pada jenis penelitian ini pun juga harus terukur sehingga peneliti dapat mengukur dan menyajikan ketercapaian penelitiannya sendiri.
D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian merupakan perkiraan bila tujuan penelitian tercapai. Hal ini dapat diperkirakan melalui outcome/ dampaknya bagi masyarakat dan dunia iptek. Paling tidak terdapat tiga nilai tambah yang harus diberikan oleh suatu penelitian, yakni bagi masyarakat pengguna, bagi pengembangan iptek, dan bagi peningkatan nilai ekonomi. Bila penelitian berkaitan dengan kebijakan, misalnya jenis penelitian evaluasi, maka perlu diuraikan pula manfaat bagi kebijakan institusi.
E. LANDASAN TEORI Landasan teori berisi uraian teori, temuan, dan bahan penelitian lainnya yang dijadikan landasan untuk menyusun kerangka teori atau assemble yang akan digunakan dalam penelitian, berupa hubungan antarvariabel/ objek yang mengacu pada rumusan masalah. Pada penelitian rekayasa tinjauan terhadap penelitian- penelitian yang ada, teori- teori, model, formula, dan sebagainya digunakan untuk menyusun kerangka pemikiran yang dijadikan landasan dalam perencanaan, perancangan, pembangunan, penerapan, atau pengembangan model, metode, konstruksi, komponen, produk, atau sistem. Terdapat kemungkinan dimanfaatkannya teori dari bidang ilmu lain, seperti formula, atau archetypal yang siap direkayasa agar menjadi alat bantu, emulator, perangkat lunak aplikasi, dan sebagainya. Kajian pustaka yang melandasi rekayasa didasarkan pada accompaniment of the art (dari jurnal penelitian terbaru) maupun teori- teori yang telah matang (dari textbook) yang diupayakan asli dari sumbernya sehingga terdapat kemungkinan berasal dari tahun- tahun yang sudah absolutist berlalu. Kelompokkan hasil- hasil kajian tersebut ke dalam sub-subbab secara terstruktur (tidak linier) sesuai dengan kerangka yang disusun berdasarkan topik atau judul penelitian. Bedakan secara tegas antara teori dan definisi atau terminologi. Definisi maupun terminologi yang sudah umum diketahui masyarakat TI tidak perlu diuraikan lagi, misal pengertian tentang informasi, perangkat lunak, abstracts breeze diagram, dan sebagainya. Bab landasan teori harus lebih sarat dengan teori, postulat, hukum, dalil, aksioma, formula, asumsi dan sebagainya yang mendukung pembentukan kerangka teori atau kerangka pemikiran rekayasa. Oleh sebab itu sebenarnya penelitian sudah dapat dikatakan selesai saat kerangka teori atau kerangka pemikiran diperoleh, sekalipun belum dibuktikan. Sebagai contoh teori bigbang dan teori relativitas sudah dikatakan sebagai teori sekalipun belum terbuktikan karena berbagai keterbatasan yang ada. Namun bila tidak ada alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka semua kerangka teori atau kerangka pemikiran rekayasa harus dibuktikan secara empiris sebagai bagian dari kaidah ilmiah. Kerangka teori atau kerangka pemikiran yang telah tersusun perlu ditulis dalam subbab tersendiri. Kerangka pemikiran rekayasa perlu dilengkapi dengan ringkasan rumusan masalah sebagai masukan pemikiran, dan ringkasan tujuan sebagai keluaran hasil pemikiran yang sekaligus menjadi solusi. Lihat contoh berikut ini.